Ekonomi
Indonesia pada kuartal kedua tumbuh lebih dari yang diharapkan karena ditopang
kenaikan konsumsi domestik yang mampu menutupi penurunan permintaan ekspor.
Dalam tiga
bulan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 6,4% yang lebih besar ketimbang tahun
sebelumnya. Analis memperkirakan pertumbuhan 6,1%.
Kalangan
ekonom mengatakan faktor suku bunga rendah, pertumbuhan harga konsumen yang
stabil, daya beli konsumen yang menguat, serta kepercayaan bisnis telah
membantu meningkatkan permintaan domestik.
"Sesuai
data hari ini, Indonesia tetap menjadi salah satu negara yang paling cepat
berkembang, dan salah satu negara yang perekonomiannya paling stabil di
Asia," kata Taimur Baig, seorang ekonom Deutsche Bank.
Konsumsi
domestik menyumbang hampir 60% dari perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Tergantung Cina
Walaupun
pertumbuhan ekonomi Indonesia kuat dan ketergantungan yang relatif rendah pada
nilai ekspor, para analis memperingatkan bahwa pertumbuhan Indonesia mungkin
masih akan terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global, terutama di Cina.
Komoditas
dan sumber daya alam merupakan sebagian besar ekspor Indonesia dan Cina
merupakan pasar kunci untuk pengiriman produk tersebut.
Namun,
pertumbuhan di Cina melambat. Perekonomian Cina tumbuh 7,6% pada kuartal kedua,
kecepatan paling lambat dari pertumbuhan mereka dalam tiga tahun terakhir.
Akibatnya,
permintaan komoditas diperkirakan melambat, mengakibatkan penurunan harga, yang
dapat berdampak pada pertumbuhan Indonesia.
"Kunci
kerentanan ekonomi Indonesia tergantung pada China," kata Prakriti Sofat,
ekonom Barclays, kepada BBC.
Sofat
memperingatkan bahwa jika ekonomi Cina terus melambat, akan berdampak jauh
lebih besar pada harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
sumber
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/08/120806_indonesia_economy_grew.shtml
sumber
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/08/120806_indonesia_economy_grew.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar